Sabtu, 18 Agustus 2012

ASW, KOMUNITAS PARUKUNAN NUSANTARA BERLEBARAN HARI INI, SABTU 1 SYAWWAL 1433 H. Minal 'aidin walfaizin تقبل الله منا و منكم، صيامنا وصيامكم، كل عام وانتم بخير.....امبن .....1433h

UJIAN AKHIR BULAN ( Antara KEYAKINAN dan KEBERSAMAAN)

oleh Rumah Yatim Indonesia pada 17 Agustus 2012 pukul 6:07 ·

UJIAN AKHIR BULAN ( Antara KEYAKINAN dan KEBERSAMAAN)

Sahabat, seperti biasa di Akhir Ramadhan kita akan dihadapkan dengan polemik 1 Syawal, kita selalu gundah dan bingung karena awal Ramadhannya sudah bingung maka dipastikan 1 Syawalnya juga bingung, hanya kita yang tidak tebiasa ‘membebek’ saja dalam beragama ini yang tidak akan bingung dan melihat ‘fenomena perbedaan’ dengan tersenyum geli, bukan emosi lho….he he he…..

 ‘’Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’’ QS. 17: 36.
Apa yang membuat kita gundah di Akhir Ramadhan ini ?  kenapa shalat Idul Fitri 1433 H ini digelar di hari Minggu, 19 Agustus 2012. Padahal menurut hisab dan rukyat, bulan Ramadan akan berakhir Jum’at malam, 17 Agustus 2012. Mestinya kan shalat Id digelar hari Sabtu, karena sudah masuk 1 Syawal. Lha kok shalat Id dilakukan Minggu. Kenapa bisa demikian?

Paparan dibawah ini BUKAN MEMAKSAKAN kita untuk meruncingkan PERBEDAAN, tetapi untuk menarik batas yang jelas antara KEYAKINAN (Ilmu) dan KEBERSAMAAN
Seperti yang kita paparkan pada note UJIAN TANGGAL SATU, bahwa urusan melihat Bulan adalah otoritas Ilmu Astronomi, Astronomi adalah sebuah fakta posisi benda langit yang tak bisa dimanipulasi. Sementara FIKIH adalah hukum yang bisa ‘disesuaikan’ seiring dengan kondisi yang terjadi.

 Untuk memahami secara runtut, marilah kita flash-back sedikit ke awal Ramadan. Bahwa semua pihak yang berkompeten waktu itu sepakat: bulan Syakban berakhir Kamis, 19 Juli 2012, pukul 11.25 wib. Sehingga, ketika saat Maghrib datang, bulan Syakban sudah benar-benar berakhir, digenapkan dalam usia 30 hari. Tentunya, Jum’at sudah masuk 1 Ramadan. Adalah tidak mungkin untuk memasukkan Jum’at ke bulan Syakban, karena akan menjadikan bulan Syakban berumur 31 hari. Menetapkan hari Jum’at sebagai penggenapan bulan Syakban adalah sebuah keputusan yang absurd, karena usia bulan-bulan Hijriyah hanya berkisar antara 29 atau 30 hari.

Menyongsong datangnya bulan Syawal, insya Allah semua pihak juga bakal sepakat bahwa akhir Ramadan akan jatuh hari ini, Jum’at malam (17/8). Cara menghitungnya sederhana saja, yakni: akhir bulan Syakban ditambah 29,5 hari akan menghasilkan akhir bulan Ramadan. Karena akhir Syakban adalah Kamis, 19 Juli 2012, pukul 11.25, maka diperolehlah akhir Ramadan jatuh pada hari Jum’at (17/8) sekitar jam 23.00 wib. Saya kira, semua pihak tidak akan berbeda pendapat tentang hal ini.

Tapi, jika benar besok semua pihak menyepakati bahwa Ramadan telah berakhir, kenapa shalat Idul Fitri baru digelar di hari Minggu? Disinilah diperlukan penjelasan fikihnya. Karena secara Astronomi sih sudah sangat jelas, bahwa Bulan Ramadan berakhir Jum’at, dan lusa hari sabtu, posisi bulan sudah berada di tanggal 1 Syawal. Dan berarti, Minggunya bulan sudah berada di posisi 2 Syawal. Tetapi secara fikih, ada  yang memiliki pilihan untuk mengakhiri puasa atau menggenapkannya, meskipun Ramadhan telah berakhir.
Dikarenakan bulan Ramadan baru habis di Jum’at malam, sekitar pukul 23.00 wib, maka saat matahari tenggelam itu memang masih berada di bulan Ramadan. Itu berlanjut sampai sekitar 5 jam kemudian. Dalam penanggalan Hijriyah batas hari ditetapkan saat Maghrib, bukan tengah malam seperti kalender Masehi. Oleh karena itu, setelah Maghrib, hari sudah berganti menjadi Satu Hijriyah, dan Ramadannya masih tersisa sekitar 5 jam sampai jam 23.00 wib.

Secara fikih, jika hari terakhir Ramadan masih menyisakan bulan, maka Rasulullah mengajari kita agar menggenapkannya sampai datangnya waktu Maghrib. Dan shalat Id baru digelar esoknya. Itulah alasannya kenapa orang masih berpuasa di hari Sabtu, yang notabene posisi bulan sudah 1 Syawal. begitulah secara Hukum fikihnya. Tetapi, penggenapan itu sendiri lantas dipahami secara berbeda-beda, yakni: ada yang ‘menggenapkan’ puasanya menjadi 29 hari; dan ada pula yang menggenapkan puasanya menjadi 30 hari. Dengan demikian, shalat Idul Fitri ada yang melakukan pada hari Minggu, 19 Agustus 2012, yang notabene sebagian harinya sudah masuk 2 Syawal. Dan kalau penggenapan 30 hari itu, maka meskipun posisi bulan sudah berada di 1 Syawal, hari Sabtu itu masih boleh disebut bulan Ramadan hari ke-30. maka berdasar kesepakatan, hari Minggunya dianggap tanggal 1 Syawal.

Ok, bagaimana ? tambah bingung ?  begini begini begini….., dari data Astronomi diatas 1 Syawal sudah PASTI hari Sabtu, tapi atas dasar pertimbangan KEBERSAMAAN maka diambillah KESEPAKATAN FIKIH, Sholat Idul Fitrinya HARI AHAD 19 Agustus 2012, lho kok gitu ? bolehkah ? boleh saja ! lha wong Sholat Idul Fitrinya itu hukumnya SUNNAH, gak Sholat Id juga gak dosa. Jadi kalo ada orang NGOTOT Sholat Idul Fitrinya harus hari SABTU, ini adalah kelompok orang-orang EGOIS yang membuat ONGKOS SOSIAL terlalu mahal.

Justru yang menjadi wilayah KEYAKINAN adalah kapan mengakhiri PUASA Ramadhan, ini adalah hak masing-masing individu yang tidak bisa diintervensi oleh siapapun, jika yang dimaksud MELIHAT Bulan itu dengan KACA MATA TEKNOLOGI, maka kita WAJIB membatalkan Puasa pada Hari Sabtu, tetapi kalo kita melihat Bulannya pakai MATA TELANJANG ya silahkan saja ikut hukum Fikih yang fleksibel itu, Resiko tanggung sendiri-sendiri.

ya ya ya Meskipun, sempat berbeda di awal Ramadan, kita tetap wajib mensyukuri kebersamaan lebaran kali ini. Karena, jika lebarannya yang berbeda ‘ongkos sosialnya’ bakal lebih mahal lagi. Kita berharap, mudah-mudahan tahun depan bukan hanya Idul Fitrinya yang bersamaan, melainkan umat Islam sudah bisa bergandengan tangan sejak memasuki awal Ramadan. Betapa indahnya jika umat ini bersatu padu, mengeratkan persaudaraan di dalam ridha Allah. Sungguh kita semua merindukan datangnya kebersamaan itu..!

‘’Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah. Dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hatimu. Lalu kamu menjadi orang-orang yang bersaudara karena nikmat Allah. Padahal (ketika itu) kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.’’ [QS. Ali Imran: 103]     Wallahu A’lam

Ok, Sahabat, yang Belum ZAKAT  FITRAH Rp.20.000,- per Jiwa terkahir hari ini Jum’at Tgl.17 Agustus 2012 jam 23.00.
Yang mau NAMBAH SEDEKAHNYA, PELUANG EMAS akan berakhir hari ini silahkan segera kunjungi http://www.rumah-yatim-indonesia.org

Rekening Rumah Yatim Indonesia

Bank BCA :
230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (recomended)
230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah


Bank MANDIRI :
131.00.1047101.1 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia atau
156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah


Bank MUAMALAT
0001.358.656 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia atau
305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah

Bank SYARIAH MANDIRI : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bank BNI : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia

Bank BRI : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indones

Bank bjb : 0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313999801 atau 087885554556 atau BBM ke 2843E80F ( Ust.Aly )


Oleh-oleh tiap tahun...
  • UJIAN TANGGAL SATU

    “ LUCU ! “, itulah yang mungkin bisa dikatakan oleh orang-orang awam setiap kali kita memulai TANGGAL SATU Ramadhan dan TANGGAL SATU Syawal, lha bagaimana gak lucu itu kan pelajaran setiap tahun yang diulang-ulang gak tau sampai kapan sampai kita bosen dan akhirnya kita bilang LUCU.
    Lha yang lebih lucu lagi, seluruh pakar yang katanya sangat kompeten duduk di satu meja membahas MASALAH TANGGAL SATU yang jelas-jelas sangat-sangat EXACT (Pasti) itu kok bisa hasilnya BEDA. Kalo anak TK ditanya 1 x 1, pasti jawabnya tegas 1, lha kita ditanya 1 x 1 kok jawabnya kondisional bisa 2 bisa juga 11, itu apa bukan namanya DAGELAN ( sandiwara ) ?
    Nah ketika kita baru akan masuk tanggal 1 Ramadhan kita diuji intelektual kita untuk MEMILIH, kenapa ? karena penentuan tanggal 1 Ramadhan itu jelas-jelas ILMU PASTI tapi sekarang menjadi ILMU ABU-ABU. Disebut ILMU PASTI karena untuk menentukan tanggal 1 bulan apa saja, dari dulu sampai sekarang sudah ditemukan RUMUS untuk menghitungnya dan ALAT untuk melihatnya, dari dulu sampai sekarang TIDAK AKAN pernah meleset karena itu sudah disepakati secara INTERNASIONAL, bukan hanya untuk menentukan tanggal satu saja, menentukan saat ini disini JAM BERAPA dan diseluruh belahan dunia yang lain JAM BERAPA itu saja sudah SANGAT AKURAT, apalagi saat ini kita didukung dengan peralatan Astronomi yang SANGAT CANGGIH, lho kok bisanya menentukan TANGGAL SATU Ramadhan hasilnya BEDA ? kok tanggal 25 Desember gak pernah beda ya ? ada apa gerangan ? ya pasti ada udang dibalik Iwak Peyek ! he he he…
    Disebut ILMU ABU ABU karena tidak pernah terjadi perbedaan ketika kita menentukan HARI LIBUR NASIONAL, maka ILMU yang jelas PASTINYA itu menjadi ABU-ABU karena ada EGOISME KELOMPOK , AROGANSI KEPEMIMPINAN dan KEPENTINGAN POLITIK yang bisa kita ringkas menjadi satu masalah yang kita sebut sebagai BELENGGU KEJAMA’AHAN. Nah disinilah ketika kita SALAH PILIH tanggal 1 Ramadhan maka dipastikan kita akan salah pilih disaat 1 Syawal nanti kalo kita pake ILMU ABU-ABU.
    Apa akibatnya ketika kita SALAH PILIH 1 Ramadhan, kita akan jatuh dalam sebuah PERBUATAN HARAM, harusnya hari itu kita puasa tapi kita belum puasa dan harusnya hari itu kita Hari Raya justri kita masih berpuasa.
    Wah… ini kan makin MEMPERKERUH SUASANA nih…, biarlah kita memulai puasa dengan KEYAKINAN kita masing-masing, kan masing-masing kita PUNYA IMAM yang harus kita taati, itu kan wilayah IMAM kita masing-masing, gak usahlah kita saling menyalahkan, yang penting kita semua puasa jangan sampai gak ! itulah alasan-alasan kita yang selalu ingin bertindak INSTAN dan MEMBEBEK saja dalam urusan Agama tanpa mengoptimalkan FUNGSI AKAL sebagai karunia terbesar dari Allah SWT.
    Sahabat, mari kita jernihkan sejenak hati kita lalu coba optimalkan sedikit Akal kita, untuk mengurai ‘Benang Kusut’ Ujian Tanggal Satu, karena kita akan MEMILIH SATU JAWABAN yang memuaskan AKAL kita dan sesuai dengan PETUNJUK yang diberikan oleh Allah SWT. Karena MEMILIH itu adalah KONSEKUENSI PRIBADI bukan KONSEKUENSI JAMA’AH atau IMAM, karena kalo kita SALAH PILIH atau melakukan DOSA itu ya tanggung jawab kita sendiri bukan tanggung jawab Pemimpin kita atau Orang lain, coba analisis Ayat-Ayat ini :
    “ Dan mereka semua akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah. Lalu berkata para pengikut kepada pemimpinnya: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu. Maka dapatkah kamu menghindarkan kami dari azab Allah barang sedikit? Para pemimpin itu menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami akan memberitahukan caranya kepadamu. Kita ini sama saja, mau mengeluh atau bersabar. Sedikitpun, kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." [QS. Ibrahim: 21]
    “Dan orang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lian) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azdab Tuhanya (sekalipun) mereka tidak melihatNya. Dan barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan untuk dirinya sendiri. Dan kepada Allah lah kembali(mu)”. ( Q.S. QS. Fatir 18 )
    “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatanya (dosanya) kembali kepada dirinya sendiri; dan seseorang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” ( QS. al-Anam 164 ).
    “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya (masing-masing)”. [QS. Al Israa’: 36].
    Jadi dari ayat-ayat diatas kita DILARANG MEMBEBEK begitu saja kepada siapapun (Ulama’, Kyai, Ustadz, Ajengan, Syeikh, Presiden) tanpa terlebih dahulu kita MENCARI INFORMASI dengan mengoptimalkan AKAL dan menelusuri PETUNJUK Al-Qur’an.
    Baik Sahabat , mari kita urai ‘Benang Kusut’ Ujian Tanggal Satu itu……
    Jika secara keumatan tidak ada yang mampu menyelesaikan masalah ini, maka umat Islam harus pandai-pandai mengambil hikmah secara pribadi, agar kita tidak menjadi korban sia-sia. Dan, kita berharap, mudah-mudahan Allah segera mengirimkan pemimpin yang memiliki kapabilitas dan integritas yang bisa menyatukan umat, demi kemaslahatan bersama.
    Bagaimanakah caranya agar kita selamat secara pribadi dan tidak menjadi korban kesia-siaan dari sebuah kelalaian ataupun ketidakpedulian? Tentu saja, harus memiliki pengetahuan tentang kasus ini, sebagaimana diajarkan dalam firman Allah di atas. Yang pertama, pahamilah kapan bulan Sya’ban berakhir. Yang jika kita merujuk ke pendapat para pakar Astronomi dari lembaga-lembaga berkompeten, hasilnya adalah sebagai berikut :
    Menurut ahli Ilmu Falak PBNU KH Slamet Hambali, sebagaimana dikutip oleh website resmi PCNU Pekalongan, akhir Sya'ban 1433 Hijriyah jatuh pada Kamis (19/7). Demikian pula Muhammadiyah malah sudah mengumumkan bahwa akhir Sya’ban jatuh pada Kamis, 19 Juli 2012. Sedangkan, menurut pakar Astronomi Boscha, Dr Ir Moedji Raharto, akhir bulan Sya’ban akan terjadi pada Kamis, 19 Juli 2012, pukul 11.25 wib. Artinya, semua pihak sebenarnya sepakat, bahwa hari Kamis, 19 Juli 2012 itu bulan Sya’ban sudah berakhir, pada siang hari itu.
    Masalahnya, karena habisnya adalah siang hari, maka pada saat matahari terbenam ketinggian bulan sabit sebagai penanda datangnya Ramadan masih berusia sekitar 6 jam, alias di bawah 2 derajat. Sehingga sangat mungkin tidak terlihat oleh mata telanjang. Apalagi kalo dikuatkan dengan FAKTA adanya informasi Team Rukyat yang MELIHAT HILAL secara kasat mata di beberapa tempat.
    Yang perlu kita pahamkan lebih lanjut adalah, bahwa waktu sahur untuk berpuasa esok hari itu masih sekitar 10 jam lagi. Kita mengamati datangnya bulan sabit sekitar jam 6 sore, tapi waktu untuk berpuasa dimulai sekitar jam 4 pagi. Jadi, kalau pun jam 6 sore itu bulan belum kelihatan, sepuluh jam lagi pasti dia sudah sangat tinggi di atas horison, berusia sekitar 16 jam. Karena, sebenarnya malam itu Ramadan memang sudah datang..!
    Maka, betapa sayangnya jika bulan penuh rahmat yang sangat mulia ini tidak kita sambut kedatangannya. Dan kita baru berpuasa esoknya pada tanggal 2 Ramadan. Sementara, Allah pun sudah memerintahkan agar kita segera berpuasa begitu bulan suci ini hadir. Kenapa kita mesti dibingungkan oleh bulan sabit sore hari ya, padahal puasanya kan baru esok pagi, ya kan ? he he he…..
    Bahwa perbedaan ini sebenarnya bukan soal penetapan ‘awal bulan’ Ramadan, melainkan penetapan ‘awal puasa’. Kalau soal awal bulan Ramadan, secara teknis sudah sangat jelas. Bahwa ketika bulan Sya’ban usai, seketika itu pula sudah masuk bulan Ramadan. Dalam penanggalan Hijriyah, bulan Sya’ban adalah bulan ke-8, sedangkan Ramadan adalah bulan ke-9.
    Secara Astronomi, sudah pasti tidak ada jeda antara Sya’ban dan Ramadan. Dan itu bisa langsung dicek di angkasa. Yakni, Kamis pagi posisi bulan masih berada di sebelah kanan matahari. Namun, sesaat setelah pukul 11.25, posisi Bulan sudah berada di kiri matahari. Itu artinya, sudah memasuki fase baru, yakni Ramadan.
    Sehingga menjadi aneh, secara astronomi, ketika SEMUA PIHAK sepakat bahwa Sya’ban sudah berakhir di KAMIS, 19 Juli 2012, tetapi 1 Ramadan ditetapkan jatuh pada hari SABTU, 21 Juli 2012. Jangan heran kalau lantas ada kawan saya yang bertanya: ‘’Kalau begitu hari JUM’AT, 20 Juli 2012 termasuk dalam bulan Sya’ban ataukah Ramadan, ataukah tidak punya Bulan?’’ tanyanya sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
    Penetapan seperti itu, sungguh tidak jelas. Dan membuat umat tambah bingung. Harusnya dibedakan antara ‘awal bulan’ dengan ‘awal puasa’. Ramadan sebagai bulan, sudah pasti telah masuk SESA’AT setelah ijtima’ (posisi segaris antara Bulan-Matahari-Bumi ). Dan bisa langsung diamati di angkasa dengan menggunakan peralatan astronomi, maupun simulasi metode hisab. Karena tidak mungkin ada ‘HARI ANTARA’ di peralihan Sya’ban dan Ramadan. Pilihannya hanya dua: masuk Sya’ban atau Ramadan.
    Nah, ketika sudah disepakati Sya’ban telah habis Kamis siang, maka siang itu pula hilal sudah memasuki bulan Ramadan. Sehingga sore hari saat matahari tenggelam ‘hilal Ramadan’ sudah berumur 6 jam. Memang tidak akan terlihat oleh mata telanjang, saking tipisnya, tetapi, bulan Ramadan sudah masuk.
    Tinggal masalahnya: apakah akan berpuasa hari Jum’at ataukah hari Sabtu. Ini sudah bukan wilayah Astronomi atau Hisab Ilmu Falaq lagi, melainkan masalah fiqih ibadah puasa. Disinilah sebenarnya perbedaan itu muncul. Ada yang berpatokan pada hadits: “ jika hilal tidak kelihatan, maka genapkanlah “. Sehingga, karenanya ada yang berpuasa Hari Sabtu. Namun hadits ini menjadi sangat lemah untuk dipakai alasan karena dengan KACA MATA Ilmu dan Teknologi TERKINI menjadikan HILAL itu PASTI-PASTI KELIHATAN.
    Yang lainnya berpendapat: karena bulan Ramadan sudah masuk, maka WAJIB hukumnya untuk SEGERA berpuasa: “ Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia. Dan berisi penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (kebaikan dan keburukan). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa... “[QS. Al Baqarah: 185]. Atas dasar ini kita berpuasa Hari Jum’at.
    Masalahnya menjadi clear. Silakan kita memilih sesuai keyakinan kita sendiri-sendiri. (tapi ingat, salah pilih resiko tanggung sendiri)
    Kalo perbedaan itu dijelaskan dengan cara demikian, masyarakat luas akan bisa memahami dan menerima dengan lapang dada. Sayangnya, yang terjadi sangat rancu: campur aduk antara ‘awal bulan’ dengan ‘awal puasa’. Dan persoalannya menjadi merembet kemana-mana. Ada yang merasa dibodohi karena informasinya seperti ditutupi, ada yang merasa dibodohkan karena dianggap tidak bisa menghitung, padahal dia merasa sebagai pakar ilmu Falak. Dan, ada pula yang tak tahu harus melakukan apa, karena serba bingung.
    Jika, kondisinya clear seperti itu, perbedaan ini akan benar-benar membawa hikmah dan menjadi rahmat bagi umat Islam. Setiap orang menjadi paham duduk persoalannya. Dan terserah mereka mau memulai puasa Jum’at atau Sabtu, dengan dalilnya sendiri-sendiri. Pertanggungjawabannya langsung kepada ilahi rabbi.
    Tetapi, kalau soal ketidak-jelasan hari Jum’at masuk Sya’ban atau Ramadan, itu pertanggung-jawabannya adalah secara Astronomi. Dan itu berlaku untuk seluruh penduduk Bumi, bukan hanya bagi umat Islam. Posisi Bulan tak akan bisa ditutup-tutupi dengan cara apa pun. Karena sungguh, Bulan tak pernah berbohong. Meskipun, sayangnya, Bulan tidak bisa ngomong. Jadi YANG BOHONG siapa dong ?
    Sahabat, jangan sia-siakan segala bentuk peluang emas di bulan Mulia ini dengan amal sholeh, ikuti program-program sukses Ramadhan bersama Rumah Yatim Indonesia, info lengkap di http://www.rumah-yatim-indonesia.org/
    MULIA kita dengan MEMBERI, ABADIKAN yang TERSISA dengan SEDEKAH
    Rekening Rumah Yatim Indonesia
    Bank BCA :
    230.38888 96 atas nama Yayasan BANTU (recomended)
    230.0300 807 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
    Bank MANDIRI :
    131.00.1047101.1 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
    156.0003296409 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
    Bank MUAMALAT
    0001.358.656 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
    305.00116.15 atas nama Yayasan Husnul Khotimah
    Bank SYARIAH MANDIRI : 7032361948 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
    Bank BNI : 0244928496 atas nama Rumah Yatim Indonesia
    Bank BRI : 010001055225502 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia
    Bank bjb : 0017778552100 atas nama Yayasan Rumah Yatim Indonesia

    Bagi Anda YANG INGIN konfirmasi silahkan SMS atau Hubungi ke 081313 999 801 atau 087 88 555 4556 (Ust. Aly)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar