Minggu, 03 Juli 2011

SALAFIYYUN WAHABIYYUN TIDAK BERARTI BAHWA MEREKA PENGIKUT AS-SALAF ASH-SHALIH

Ada orang yang berkata bahwa jika saya mengkritik atau menghujat kaum salafy-wahaby, berarti saya menghujat ulama salafush shalih. Benarkah klaim seperti itu?

Kaum salafy-wahaby selalu mengkait-kaitkan diri mereka dengan ulama salafush shalih dalam pembelaan diri mereka. Mereka mengatakan bahwa istilah Salafy’ bukanlah istilah baru, tetapi berasal dari kata Salaf’. Benarkah pembelaan diri mereka?

Muncul banyak pertanyaan di benak kami. Apakah istilah selalu menunjukkan pemikiran dan fakta? Ataukah istilah itu
terkadang hanyalah kamuflase, propaganda, dsb? Benarkah kaum salafy punya kaitan erat dengan ulama salafush shalih, sehingga jika saya mengkritik salafy,berarti saya mengkritik Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Bukhari, dll?
Di mana hubungan kesamaan kaum salafy dengan para ulama salafush shalih?
Kita tahu bahwa salah satu nama Nabi Muhammad yang paling terkenal adalah Ahmad. Apakah dengan menamakan
kelompoknya sebagai Ahmadiyah’ kemudian itu melegitimasi alirannya? Bahkan di Indonesia, ada suatu organisasi bernama Muhammadiyyah.
Apakah itu juga melegitimasi segala pemikirannya?

Ahmadiyah, ternyata tak punya hubungan dengan Ahmad bin Abdullah sang utusan Allah. Begitu juga Muhammadiyah. Karena faktanya, Muhammadiyah hanya punya hubungan sampai kepada Muhammad Abduh. Lalu sampai mana hubungan kaum Salafy?

Paling jauh, mereka mengklaim diri mereka punya hubungan dengan Ibnu Taymiyyah. Jangan sekali-kali menghubungkan mereka dengan Ahmad bin Hanbal, karena mereka bisa marah. Kenapa? Karena mereka bukanlah kaum yang taqlid kepada salah satu madzhab.

Apakah Ibnu Taymiyyah merupakan ulama salafush shalih? Ulama salaf biasanya dikaitkan dengan ulama dari kalangan shahabat, tabi’in,dan tabi’it tabi’in. Paling jauh,ulama salaf itu hanya sampai kepada ulama shalih yang hidup sebelum tahun 300 H. Ibnu Taymiyah hidup sekitar tahun 600 H. Di mana letak kesalafannya? Apakah pemikirannya? Ibnu Taymiyah, sebelum dia bertaubat, telah beraliran mujassimah (antropomorphic).
Aliran seperti ini mempunyai akar pada ajaran Kabbalah. Kita tahu bahwa Yahudi, sejak wafatnya Rasul, terus berusaha menciptakan aliran-aliran dan kelompok-kelompok untuk merusak aqidah ummat seperti Syi’ah. Jika pada abad keenam hijriyah muncul lagi aliran mujassimah, itu bukanlah hal
baru dalam perjalanan misi Yahudi.

Pemikiran ajaran Kabbalah yang diantaranya adalah antropomorphic dapat kita lihat dalam kitab Taurat yang telah mereka ubah dan mereka susupi dengan ajaran Kabbalah. Di antara ayat-ayat tersebut,mereka menggambarkan Tuhan itu layaknya manusia.
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah,yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:Di manakah engkau? [Kejadian 3:8-9]

Lalu di mana letak kesamaan pemikiran Salafy dengan salafush shalih? Apakah tidak bermadzhabnya mereka merupakan bukti bahwa mereka pengikut salafush shalih, atau justeru merupakan bukti bahwa mereka berbeda dengan slafush shalih?

Siapakah Qadhi Iyadh? Beliau adalah ulama besar dari kalangan Maliki. Siapakah Imam Nawawi? Beliau adalah ulama besar dari kalangan Syafi’i. Ini menunjukkan bahwa pada masa lalu, telah dikenal sistem madzhab, di mana seseorang taqlid kepada madzhab tertentu. Taqlidnya seseorang itu ada batasan dan tingkatannya. Ada yang taqlid muthlaq seperti taqlidnya orang kebanyakan. Ada pula yang taqlid tidak secara muthlaq seperti taqlidnya sebagian Imam yang
telah hafal ratusan ribu hadits. Tetapi tetap saja, para Imam yang telah hafal ratusan ribu hadits itu taqlid kepada madzhab tertentu. Karena untuk menjadi Mujtahid Muthlaq yang tidak taqlid kepada madzhab mana pun diperlukan syarat-syarat yang lebih banyak lagi. Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali mempunyai kualitas dan memenuhi syarat untuk menjadi Mujtahid Muthlaq. Sehingga mereka tidak taqlid kepada siapa pun. Namun bagi orang yang tak hafal satu hadits pun, jangan pernah merasa layak untuk lepas dari madzhab mana pun.

Sekarang, Salafy-Wahaby menolak sistem madzhab yang diterapkan ulama salaf. Kaum Salafy-Wahaby cenderung kepada paham antropomorphic yang ditentang keras oleh ulama salaf. Layakkah salafy menisbatkan diri mereka sebagai pengikut ulama salafush shalih? Tentu saja tidak layak. Itu hanyalah klaim mereka yang tanpa bukti. Itu semua hanyalah propaganda mereka agar diterima masyarakat demi melancarkan misi mereka untuk menyebarkan ajaran menyimpang seperti antropomorphic, geosentris, dlsb. Mereka juga berusaha keras agar ummat ini tak lagi melakukan tawassul dan tabarruk yang merupakan sunnah Rasul.

Sebelum Nabi Muhammad diutus, orang Yahudi bertawassul dengan Nabi yang dijanjikan, yaitu Nabi Muhammad, agar mereka menang dalam peperangan. Dan mereka pun menang. Kaum Yahudi tak ingin bahwa ummat Islam bertawassul dengan Nabi agar dimenangkan Allah dalam menghadapi kaum Yahudi. Kaum Yahudi tak ingin ummat Islam beroleh kemenangan.

Salah satu kesempurnaan iman adalah seseorang mencintai Nabi Muhammad melebihi apa pun kecuali Allah. Segala hal yang menggiring ummat kepada kecintaan kepada Rasul tentu tak disenangi oleh kaum Yahudi.
Lalu mereka buatlah propaganda.
Lalu mereka mulai membid’ahkan segala hal yang berkaitan dengan Nabi Muhammad seprti merayakan kelahiran Nabi Muhammad, tawassul dengan Nabi Muhammad, kecintaan kepada Nabi Muhammad danketurunannya. Bahkan mereka berkata bahwa Nabi Muhammad itu telah abtar (terputus keturunannya). Untuk apa? Agar ummat ini tak mencintai keturunan Nabi Muhammad,tidak mengakui bahwa Nabi Muhammad punya keturunan, dan juga tidak mengakui adanya Imam Mahdi yang membawa kemenangan bagi ummat Islam.
Kita tahu bahwa Imam Mahdi itu bernama Muhammad bin Abdullah dan beliau adalah keturunan Nabi Muhammad bin Abdullah sang utusan Allah. Namun Salafy-Wahaby mengingkari bahwa Nabi Muhammad itu punya keturunan dan menyebut Nabi sebagai al-abtar. Perkataan mereka terhadap Nabi sangat mirip dengan perkataan kaum Quraisy terhadap Nabi SAW. Namun, mereka yang membenci Nabi Muhammad itulah yang abtar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar