Banyak orang berkata: “Berdoa dan serahkan saja sama yang Di Atas.” Ya, secara bahasa, do’a bermakna mengharapkan hadirnya satu kebaikan, permohonan, permintaan. Bagi seorang muslim, do’a adalah permohonan seseorang kepada Allah, dan ketika Allah mengabulkan do’a seseorang, maka Allah pasti memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya, apakah akan langsung di kabulkan di dunia, ditangguhkan, atau diganti dengan yang lebih baik.
Sedemikian pentingnya doa, sampai-sampai ada tatacara dan adab berdoa, dengan tujuan supaya doa dapat dikabulkan. Sampai ada doa yang dikhususkan di hari tertentu, dan di tempat tertentu, bahkan disebutkan kalau kita berdoa di tempat tertentu, maka niscaya akan dikabulkan. Ada juga dengan tara cara baca ayat anu sekian kali, baca surat anu sekian kali, wiridan sekian kali, dll.
Namun dibalik tata cara dan kekhusyuan berdoa, sampai ada yang berdoa sambil menangis, tiap hari berdoa, tak henti-hentinya berdoa, ada yang terlupakan bahwa berdoa dan terkabulnya doa merupakan satu paket dengan apa yang disebut USAHA/IKHTIAR. Seperti yang sudah saya katakan: “Sudahlah kita berserah diri saja kepadaNya, berdoa.” “Tos urang ngadua weh ka Gusti Allah, nyanggakeun sadaya-daya kanu Gaduhna.” Tetapi lupa bahwa sebuah doa tanpa usaha adalah suatu kebohongan. Dan karena satu paket, maka usaha tanpa doa adalah suatu kesombongan.
Usaha atau ikhtiar sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan terkabulnya doa. Karena dari usahanya tersebut lah kita bisa menilai, apakah kita usahanya sudah maksimal atau tidak. Kalau sudah maksimal, maka barulah pantas orang berucap, “Serahkan pada yang Maha Kuasa.” Pemoe asing mengatakan: Do The Best, God Do The Rest.
Berdoa meminta rejeki tapi tidak mau bekerja keras dan berusaha memenuhi semua kaidah-kaidah keberhasilan bisnis adalah suatu kebohongan. Mau rejeki banyak, tetapi sombong tidak mau bergaul, sulit berteman, tingkahnya nyebelin, bahkan memutuskan tali silaturahmi, ya bagaimana bisnis mau sukses. Baru saja saya menerima wejangan dari seorang ibu, pengusaha sukses di sebuah kota besar di Indonesia. Beliau membagikan rahasia suksesnya bahwa untuk sukses bisnis cuma ada dua hal: panceg (tekun, persisten), dan jaga hubungan.
Berdoa meminta jodoh, tetapi tidak mau mencoba membuka diri menerima kenyataan bahwa tidak mungkin kita dapatkan pasangan yang betul-betul sesuai keinginan kita, yang ada adalah pasangan yang paling cocok dengan kita, ya sia-sia karena hanya akan terus berharap mendapatkan yang terbaik, sedangkan yang terbaik itu tidak akan pernah ada. Berdoa meminta jodoh, tetap kita ga mau belajar bagaimana berhubungan dengan sesama, dengan lawan jenis, menjadi pribadi yang menyenangkan dan disukai teman, menjadi pribadi yang supel dan memiliki daya tarik buat lawan jenis. Lupa bahwa pada akhirnya, lawan jenis hanya akan suka pada calon pasangan yang menyenangkan. Bahkan kita berdoa sambil menangis ngusapin kasur dan bantal pun tidak akan pernah menjelma itu bantal dan kasur menjadi pasangan hidup kita kalau tidak ada usaha menjemput jodoh kita.
Berdoa meminta kesembuhan dari penyakit, tetapi ga pernah mau berusaha untuk berobat dan membiarkan penyakit berlarut-larut, ya sama juga bohong. Sadar sih merasa diri sakit, tapi tetep saja tidak mau berobat. Ya bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Atau berdoa meminta kesehatan, tetapi gaya hidup ga pernah sehat, tidak pernah olah raga, makan berlebihan, tidak teratur, dll., ya itu juga doa yang sia-sia.
Berdoa supaya lancar segala urusan, tetapi tidak pernah mau usaha meningkatkan kualitas diri, tidak mau mengembangkan diri, tidak mau belajar bagaimana melobby orang, berhubungan dengan orang. Bagaimana bisa lancar kalau sikap kita ini nyebelin, takut dan penuh keraguan saat membina sebuah hubungan.
Berdoa meminta supaya rumah tangga kita sakinah mawaddah warohmah, tetapi tidak mau belajar bagaimana menyenangkan pasangan, menyenangkan keluarga, dll, ya sama juga bohong. Apalagi rumah tangga adalah sekolah yang tidak pernah selesai sampai akhir hayat. Semuanya terus belajar. Bagaimana pasangan bisa betah di rumah, kalau kita sendiri tidak bisa membuat nyaman pasangan. Bau badan, tidak merawat badan, berpakaian ala kadarnya (kalau perempuan, cuma pake daster dan kutang doang, kalau laki cuma modal kolor dan kaos oblong, dicampur bau ketek dan keringat). Tidak ada usaha untuk membuat semua menjadi nyaman, ya jangan berharap dapat keluarga yang sakinah, yang ada keluarga teu ngarareunah.
Berdoa minta lulus ujian tapi tidak pernah membuka buku, tidak menyimak guru, dan tidak mau belajar ya bulsit banget.
Tidak akan pernah ada emas jatuh begitu saja dari langit, tidak akan pernah ada rejeki blug jatuh kayak buntelan, tidak akan pernah ada jodoh jleg datang di depan kita dan langsung ngajak ke KUA. No.. No.. semua harus diupayakan, harus diusahakan, harus diikhtiaran. Kalau tidak mau ikhtiar, silakan saja berdoa sampai nangis darah pun keinginan kita tak akan pernah datang. Dan tinggalah kita meratapi nasib, menangisi nasib, merasa menjadi orang yang paling merana di dunia ini, hanya karena doa-doa yang tidak terkabul, padahal itu karena kita sendiri tidak pernah mau berusaha mencari jalan keluar dari setiap doa yang kita panjatkan.
Semoga bermanfaat.
Wallahu alam..
Sedemikian pentingnya doa, sampai-sampai ada tatacara dan adab berdoa, dengan tujuan supaya doa dapat dikabulkan. Sampai ada doa yang dikhususkan di hari tertentu, dan di tempat tertentu, bahkan disebutkan kalau kita berdoa di tempat tertentu, maka niscaya akan dikabulkan. Ada juga dengan tara cara baca ayat anu sekian kali, baca surat anu sekian kali, wiridan sekian kali, dll.
Namun dibalik tata cara dan kekhusyuan berdoa, sampai ada yang berdoa sambil menangis, tiap hari berdoa, tak henti-hentinya berdoa, ada yang terlupakan bahwa berdoa dan terkabulnya doa merupakan satu paket dengan apa yang disebut USAHA/IKHTIAR. Seperti yang sudah saya katakan: “Sudahlah kita berserah diri saja kepadaNya, berdoa.” “Tos urang ngadua weh ka Gusti Allah, nyanggakeun sadaya-daya kanu Gaduhna.” Tetapi lupa bahwa sebuah doa tanpa usaha adalah suatu kebohongan. Dan karena satu paket, maka usaha tanpa doa adalah suatu kesombongan.
Usaha atau ikhtiar sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan terkabulnya doa. Karena dari usahanya tersebut lah kita bisa menilai, apakah kita usahanya sudah maksimal atau tidak. Kalau sudah maksimal, maka barulah pantas orang berucap, “Serahkan pada yang Maha Kuasa.” Pemoe asing mengatakan: Do The Best, God Do The Rest.
Berdoa meminta rejeki tapi tidak mau bekerja keras dan berusaha memenuhi semua kaidah-kaidah keberhasilan bisnis adalah suatu kebohongan. Mau rejeki banyak, tetapi sombong tidak mau bergaul, sulit berteman, tingkahnya nyebelin, bahkan memutuskan tali silaturahmi, ya bagaimana bisnis mau sukses. Baru saja saya menerima wejangan dari seorang ibu, pengusaha sukses di sebuah kota besar di Indonesia. Beliau membagikan rahasia suksesnya bahwa untuk sukses bisnis cuma ada dua hal: panceg (tekun, persisten), dan jaga hubungan.
Berdoa meminta jodoh, tetapi tidak mau mencoba membuka diri menerima kenyataan bahwa tidak mungkin kita dapatkan pasangan yang betul-betul sesuai keinginan kita, yang ada adalah pasangan yang paling cocok dengan kita, ya sia-sia karena hanya akan terus berharap mendapatkan yang terbaik, sedangkan yang terbaik itu tidak akan pernah ada. Berdoa meminta jodoh, tetap kita ga mau belajar bagaimana berhubungan dengan sesama, dengan lawan jenis, menjadi pribadi yang menyenangkan dan disukai teman, menjadi pribadi yang supel dan memiliki daya tarik buat lawan jenis. Lupa bahwa pada akhirnya, lawan jenis hanya akan suka pada calon pasangan yang menyenangkan. Bahkan kita berdoa sambil menangis ngusapin kasur dan bantal pun tidak akan pernah menjelma itu bantal dan kasur menjadi pasangan hidup kita kalau tidak ada usaha menjemput jodoh kita.
Berdoa meminta kesembuhan dari penyakit, tetapi ga pernah mau berusaha untuk berobat dan membiarkan penyakit berlarut-larut, ya sama juga bohong. Sadar sih merasa diri sakit, tapi tetep saja tidak mau berobat. Ya bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Atau berdoa meminta kesehatan, tetapi gaya hidup ga pernah sehat, tidak pernah olah raga, makan berlebihan, tidak teratur, dll., ya itu juga doa yang sia-sia.
Berdoa supaya lancar segala urusan, tetapi tidak pernah mau usaha meningkatkan kualitas diri, tidak mau mengembangkan diri, tidak mau belajar bagaimana melobby orang, berhubungan dengan orang. Bagaimana bisa lancar kalau sikap kita ini nyebelin, takut dan penuh keraguan saat membina sebuah hubungan.
Berdoa meminta supaya rumah tangga kita sakinah mawaddah warohmah, tetapi tidak mau belajar bagaimana menyenangkan pasangan, menyenangkan keluarga, dll, ya sama juga bohong. Apalagi rumah tangga adalah sekolah yang tidak pernah selesai sampai akhir hayat. Semuanya terus belajar. Bagaimana pasangan bisa betah di rumah, kalau kita sendiri tidak bisa membuat nyaman pasangan. Bau badan, tidak merawat badan, berpakaian ala kadarnya (kalau perempuan, cuma pake daster dan kutang doang, kalau laki cuma modal kolor dan kaos oblong, dicampur bau ketek dan keringat). Tidak ada usaha untuk membuat semua menjadi nyaman, ya jangan berharap dapat keluarga yang sakinah, yang ada keluarga teu ngarareunah.
Berdoa minta lulus ujian tapi tidak pernah membuka buku, tidak menyimak guru, dan tidak mau belajar ya bulsit banget.
Tidak akan pernah ada emas jatuh begitu saja dari langit, tidak akan pernah ada rejeki blug jatuh kayak buntelan, tidak akan pernah ada jodoh jleg datang di depan kita dan langsung ngajak ke KUA. No.. No.. semua harus diupayakan, harus diusahakan, harus diikhtiaran. Kalau tidak mau ikhtiar, silakan saja berdoa sampai nangis darah pun keinginan kita tak akan pernah datang. Dan tinggalah kita meratapi nasib, menangisi nasib, merasa menjadi orang yang paling merana di dunia ini, hanya karena doa-doa yang tidak terkabul, padahal itu karena kita sendiri tidak pernah mau berusaha mencari jalan keluar dari setiap doa yang kita panjatkan.
Semoga bermanfaat.
Wallahu alam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar