Sabtu, 23 Juli 2011

VISI-MISSI CINTAKU (Tidak Sekedar Baik, Tetapi Harus Ada “Chemistry”-nya)


Dalam sebuah perbincangan dengan seorang teman, saya bertanya: “Kalau kamu mau menikah, kamu akan pilih pasangan yang seperti apa? Yang baik orangnya, hatinya, akhlaknya, seiman, atau gimana?” Satu jawaban yang cukup mengejutkan: “Kang, saya tidak akan pilih calon pasangan hidup saya hanya karena dia baik, sholeh/sholeha, baik hati, dll. Orang baik hati banyak kang, yang akhlaknya baik juga banyak, yang imannya kuat juga banyak. Tetapi itu belum cukup Kang. Antara saya dan calon pasangan hidup harus ada “chemistry” yang membuat kita ini merasa nyambung dan nyaman.”
Sebuah jawaban yang sangat mencerahkan saya. Pengalaman hidup saya dalam mengalami kegagalan pernikahan setelah 7 tahun bersama-sama, menunjukkan apa yang dia katakan 100% benar. Langkah awal dalam memilih jodoh adalah betul mencari orang yang baik, soleh, imannya kuat, akhlaknya juga baik. Tetapi jangan lupakan bahwa setelah itu harus ada sesuatu yang menyambungkan kekuatan cinta dan kasih sayang, harus ada chemistry-nya.
Orang Sunda mungkin mengatakan, soal hubungan ini dengan menyebut Repok; “aya kurunyudna teu kana jero hate?” Atw "Adakah kereteg di hatimu ?" Orang Indonesia mungkin menyebutkannya dengan adakah getar-getar cinta yang tulus dari dalam hati. Bukan karena melihat dia cantik, seksi, atau apa pun yang hanya melihat lahiriyah saja.
Hubungan tanpa adanya chemistry, bisa membuat salah satu pasangan atau bahkan dua-duanya ada dalam kondisi tidak nyaman dan tertekan. Hubungan yang harmonis harus terjalin dari “reaksi kimia” yang nyambung. Kita harus tahu berdasarkan stoikiometrinya pencampuran “unsur-unsur” yang ada dalam diri masing-masing. Aksi reaksinya harus membuat masing-masing pasangan merasa nyaman dan terlengkapi, bukan untuk untuk saling menyamai.
Ajaran Islam menyebutkan bahwa dalam mencari pasangan, harus memperhatikan soal “se-kufu”, yang diartikan hampir sederajat. Memang tidak ada yang salah orang miskin menikah dengan orang kaya, tetapi kalau jurang perbedaan itu terlalu jauh, biasanya akan membawa petaka. Tidak hanya soal kekayaan, tetapi juga pendidikan, dan pola pikir. Kalau terlalu jauh, juga akan timpang dalam rumah tangganya. Mungkin yang satu sudah jauh berpikir ke depan soal bisnis, kesuksesan, dll., sedangkan pasangannya masih ribet memikirkan masa lalu, pesimis, introvert, dll.
Nah, untuk mencari reaksi yang paling baik dari hubunga kita, memang sangat tidak mudah. Kebanyakan orang sudah tertutup mata hatinya dengan tampilan fisik, manisnya kata-kata, pesona yang memukau, dll. Maka, tidak ada jalan lain selain selalu berpegang dan meminta kepada Tuhan, supaya diberi petunjuk mendapatkan jodoh yang chemistry-nya akan menghasilkan reaksi yang membuat hidup ini bahagia. Bukankah sejak di alam ruh kita ini sudah dijodoh-jodohkan oleh Allah? Sayangnya, kita sebagai manusia, terlalu sombong (seperti halnya saya yang sombong) untuk meminta kepadaNya siapa calon jodoh kita. Karena sudah kadung cinta, lupa memohon petunjuk apakah orang yang kita cintai sekaran ini adalah pasangan terbaik untuk kita atau bukan.
Teman-teman yang belum memiliki pasangan hidup sebagai suami/istri, jangan pernah lupa diri untuk meminta petunjuk Allah. Untuk orang Islam, jangan pernah berhenti beristikharah memohon petunjuk dariNya. Saya sudah merasakan betapa pahitnya hukuman dari Allah karena kesombongan saya tidak pernah meminta petunjuk dariNya saat memutuskan memilih pasangan saya.
Jangan lupa janji Allah: “Wanita baik-baik hanya untuk laki-laki baik-baik, laki-laki baik-baik hanya untuk wanita baik-baik.” Dan saya mengakui dulu bukan laki-laki baik-baik, karena sudah menjadi manusia sombong yang lupa diri meminta petunjuk Allah, dan juga nasehat orang tua. Apa lacur…, rumah tangga saya hancur, nasi sudah menjadi bubur. Kini yang tertinggal hanyalah tekad untuk menjadi orang baik-baik, dan menjaga ketiga anak saya jangan sampai salah langkah dalam menentukan pilihan hidupnya, yaitu pilihan dari Allah, Yang Maha Mengetahui Hari Esok.
Wallahu alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar