DIANTARA KENIKMATAN SPIRITUAL...
Tapi anehnya, kita merasa puas dan senang sesudahnya. Itulah spiritual : susah tapi senang.
Seperti paradoks hidup sehat. Untuk sehat fisik, kita harus banyak kerja fisik dan bukannya istirahat fisik. Untuk sehat pikiran, kita harus banyak mikir, bukan berhenti mikir. Untuk sehat spiritual, kita harus banyak memberi, bukan banyak menerima.
Ya, tentu saja ada keseimbangan. Jiwa dan tubuh kita akan memberi sinyal balik. Terlalu banyak kerja tidak baik, kita diberi sinyal lelah. Terlalu banyak mikir tidak baik, kita diberi sinyal suntuk. Terlalu banyak memberi pun jelek. Kita diberi sinyal kepantasan oleh nurani. Semuanya menjadi spiritual saat dituruti dengan khidmat. Tidur setelah lelah kerja akan memberikan kepuasan. Jalan-jalan menikmati indahnya alam setelah suntuk berpikir, akan memberi kenikmatan. Juga membelikan kesenangan diri setelah banyak sedekah akan menumbuhkan perasaan tenteram.
Hidup seimbang adalah hidup spiritual. Mungkin di situlah sumber paradoks berkeluarga. Susah yang timbul adalah bagian pupuk dari buah kenikmatan. Pernikahan yang spiritual ditandai dari saling melayani dan berkorban untuk pasangan, dan jauh dari saling mengkonsumsi dan menyesap kenikmatan dari pasangan (itulah mengapa bisa terjadi pasangan super cantik dan tampan justru berantakan, pasangan serba kurang eh justru tenteram).
Menikah yang susah tapi senang, adalah spiritual. Bekerja yang susah tapi senang, adalah spiritual. Nulis catatan untuk berbagi ilmu sehingga merasa susah tapi anehnya senang, itu juga spiritual.
Spiritual adalah berkorban. Lalu Tuhan membanjirkan kenikmatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar